Senin, 03 November 2014

Pembinatangan Manusia



QS. 2/Al-Baqarah : 99 - 101

Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (QS. 2/Al-Baqarah :99)

Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka mencampakkannya? Bahkan sebahagian besar dari mereka tidak beriman. (QS. 2/Al-Baqarah : 100)

Seharusnya mereka sebagaimana do’a Musa ‘Alaihis-salam :

Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami". (QS.7/Al-A’raaf : 156)

Bukankah Yahudi disebut Yahudi diantaranya karena kata yang digunakan Musa ‘alaihis-salam itu HUDnaa (kami kembali bertaubat) dalam do’a itu.

Perjanjian dan Kitab Allah Dicampakkan

Perjanjian yang mereka campakkan itu adalah perjanjian akan ketaatan dan pembelaan mereka untuk kitab-kitab Allah dan kenabian Rasul-rasul Allah.
Perjanjian yang mereka lemparkan itu adalah perjanjian yang semestinya mereka penuhi dengan :  (1)  mengikuti kenabian, (2) menghalalkan yang baik-baik, mengharamkan yang buruk-buruk, (3) tidak membuat-buat beban yang datagnya dari selain Allah, tidak membebani diri dengan beban yang Allah tidak membebankannya karena kenabian ini telah membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka,  (4) beriman kepada Rasulullah, memuliakannya, menolongnya dan (5) mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an)

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di fihak mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan melepaskan dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 7/Al-A’raaf : 157)


Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) mencampakkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah). (QS. 2/Al-Baqarah : 101)


Membuat-buat Beban yang Tidak Dibebankan Allah

Kenabian Rasulullah dengan Kitabullah Al-Qur’an melepaskan dari orang-orang Yahudi itu beban-beban dan belenggu-belenggu maka dengan membenarkan ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an dengan ketaatan diatas jejak kenabian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam terbebaslah mereka dari beban-beban dan belenggu-belenggu yang tidak dibebankan Allah.
Tetapi diantara orang-orang Yahudi tetap saja ada yang membebani diri dengan beban-beban yang tidak dibebankan Allah karena tidak cukup dengan argumentasi ketaatan sehingga mereka membuat-buat beban-beban yang menjadi belenggu-belenggu itu, mereka mengada-adakannya dengan berargumentasi akal. Itulah yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa firmankan :

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim.(QS. 62/Al-Jumu’ah : 5)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7/Al-A’raaf : 179)
 
Ibnu Numair menceritakan kepada kami dari Mujalid dari Asy-Sya’by dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa berkata-kata pada hari Jum’at sedangkan imam sedang berkhutbah maka ia seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Dan orang yang berkata pada orang itu : “Diamlah engkau!”, tak ada baginya itu ibadah Jum’at. (HR. Ahmad)

Berangkat dari kehinaan mengada-adakan beban-beban yang membelenggu yang tidak dibebankan Allah dalam kitab-Nya untuk dibenarkan dengan ketaatan diatas jejak kenabian itu, mereka seperti KELEDAI yang membawa kitab-kitab yang tebal, maka kemudian mereka membuat rencana dan menjalankannya untuk mengKELEDAIkan bangsa-bangsa Non-Yahudi. Rencana itu diantaranya disebutkan sebagai berikut :

Pemerintah [Pemerintah Bangsa-Bangsa] kita ini dengan menghadirkannya sebagai Pelindung dan Pemberi anugerah akan semua mereka yang secara sukarela tunduk pada kita.
Aristokrasi (penguasa) Goyim (non-Yahudi) sebagai sebuah kekuatan politik telah mati - kita tidak perlu memasukkannya lagi dalam perhitungan; namun sebagai pemilik-pemilik tanah, mereka masih bisa membahayakan kita dengan adanya kenyataan bahwa mereka masih bisa mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri pada sumberdaya-sumberdaya (tanah) di mana padanya mereka (bisa) hidup. Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita, dengan cara bayar ongkos (pengorbanan) apapun, untuk mencabut tumpuan mereka pada tanah-tanah mereka. Sasaran ini paling tepat dibidik dengan meningkatkan beban-beban atas kepemilikan tanah tersebut - yakni dengan membebani tanah dengan hutang-hutang. Tindakan-tindakan ini akan mengurangi kepemilikan tanah dan membuat mereka tetap dalam keadaan yang rendah dan tunduk-patuh tanpa syarat.
Para aristokrat (penguasa dari kalangan ningrat) Goyim (non-Yahudi), yang turun-temurun tidak mampu berjuang mempertahankan diri mereka sendiri walau sedikit, akan dengan cepat menjadi hancur dan binasa.
Pada saat yang sama kita harus secara intensif mempatroni perdagangan dan industri, tapi yang pertama dan terpenting adalah spekulasi, bagian yang dimainkan untuk menyediakan penyeimbang bagi industri. Tidak adanya industri spekulatif akan melipatgandakan modal dalam genggaman pribadi. Dan akan berperan memulihkan pertanian dengan membebaskan tanah dari beban hutang pada bank-bank tanah. Apa yang kita inginkan adalah bahwa industri harus menguras habis dari tanah itu baik tenaga kerja maupun modalnya dan dengan cara-cara spekulasi untuk memindahkan semua uang di seluruh dunia ke dalam tangan-tangan kita, dan dengan demikian melemparkan seluruh Goyim (non-Yahudi) ke dalam derajat proletariat (kaum pekerja). Kemudian Goyim (non-Yahudi) itu akan membungkuk di hadapan kita, tak ada alasan (sebab) lain melainkan hanya untuk mendapatkan hak hidup mereka semata.
Untuk menyempurnakan keruntuhan industri Goyim (non-Yahudi) ini, kita akan jerumuskan ke dalam kemewahan untuk (menyebabkan terikat pada) bantuan spekulasi, yang kita telah kembangkan pada Goyim (non-Yahudi) itu tuntutan yang serakah akan kemewahan yang menelan segalanya.. Akan kita naikkan tingkat-tingkat upah, akan tetapi (kenaikan upah) yang tidak akan memberikan keuntungan apa pun kepada para pekerja (buruh), karena pada saat yang sama, akan kita naikkan harga-harga bahan-bahan pokok kebutuhan hidup dengan alasan (yang tidak sebenarnya) bahwa kenaikan itu disebabkan oleh penurunan hasil-hasil pertanian dan pembiakan ternak. Akan kita gali untuk menguras habis semakin dalam dengan penuh kelicikan sumber-sumber produksi, dengan membiasakan para buruh berbuat anarki dan mabuk-mabukan, dan bahu-membahu untuk melakukan semua tindakan pembabatan habis dari muka bumi ini seluruh daya kekuatan terpelajar Goyim (non-Yahudi).
http://www.biblebelievers.org.au/przion3.htm#PROTOCOL%20No.%206
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar