Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kalian
mengidati selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kalian, dan kalian selalu
berpaling. (QS. 2/Al-Baqarah : 83)
Sebagaimana
pada ayat Allah tersebut di atas bahwa sumpah janji kepada Allah adalah :
(
1 ) Sumpah janji bahwa hidupnya untuk mengibadati hanya pada Allah dan tidak
menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun juga. Ini adalah ikrar mentaati
ajaran yang adalah ayat-ayat suci Allah. Diri manusia pada asalnya adalah diri
suci (fithrah) diciptakan oleh Allah yang Mahasuci. Maka perbuatan diri suci
diciptakan TAAT pada ayat-ayat suci sebagai ajaran hidup dari Allah
adalah SUCI.
(
2 ) Ritual yang adalah perbuatan ketaatan pada Allah yang wewenang menentukan
syarat dan rukunnya ada pada Allah saja. Tak ada campur tangan makhluk
menentukan syarat dan rukun tersebut.
(
3 ) Perbuatan baik. Ini bisa dipandang sebagai perbuatan perbuatan SOSIAL,
KEMANUSIAAN maupun ILMIAH.
Perbuatan yang ketiga ini tanpa yang pertama dan kedua tersebut diatas menjadi rendah menodai diri suci diciptakan, ayat-ayat suci Allah diajarkan dan perbuatan-perbuatan suci ditaatkan.
Pada kenyataannya ada ketaatan pada ayat-ayat Allah yang ditempuh hamba-hamba-Nya, dinista dan distigma sebagai musuh bersama masyarakat internasional. Suatu kejahatan atas nama missi sosial, kemanusiaan dan ilmiah terhadap manusia yang mentaati Sang Penciptanya. Kemudian standar sosial, kemanusiaan dan ilmiah itu disandangi jubah agama rahmatan lil-'aalamiin, suatu kejahatann terhadap Sang Pencipta.
Kesucian Perbuatan Kemanusiaan Ada Pada Ketaatannya pada Allah
Betapapun trilyunan dollar nilai anggaran dan sebetapapun massif, terstruktur dan sistematis didukung mayoritas pendudukk bumi, perbuatan sosial, kemanusiaan dan ilmiah pada kategori ketiga tanpa prinsip yang pertama untuk mengibadati Allah saja dan tanpa yang kedua yaitu peribadatan ritual yang wewenang menentukan syarat dan rukunnya hanya ada pada Allah itu, maka adalah nista.
Sedangkan sesepele apapun perbuatan hamba Allah jika itu dilakukan mentaati ayat-ayat Allah dalam kitab-Nya diatas jejak sunnah kenabian Rasul-Nya dan dalam rangka menegakkan peribadatan pada-Nya, maka ia pantang untuk diremehkan. Kesucian perbuatan sosial, kemanusiaan dan ilmiah ada pada ketaatannya pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa. Maka meremehkan kesucian perbuatan mentaati ayat-ayat Allah yang dianggap sepele maka ia meremahkan kesucian ayat-ayat Allah dan Mahasucinya Allah.
Ismail
bin Ibrahim menceritakan kepada kami dari Sa’id Al-Jurairy dari Abi As-Salil
dari Abi Tamimah Al-Hujaimy, Ismail sekali berkata dari Abu Tamimah Al-Hujaimy
dari seorang laki-laki dari kaumnya mengatakan : Aku bertemu Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam maka aku bertanya tentang kebaikan. Maka beliau menjawab
: Janganlah engkau meremehkan (berbuat) kebaikan barang sesuatupun, walapun
engkau hanya menyambungkan tali, walau engkau hanya mengikatkan tali sepatu,
walau engkau hanya menarik timba dari sumur untuk orang yang membutuhkan minum,
walaupun engkau hanya menghilangkan sesuatu yang mengganggu di jalan tempat
lalu lalang orang, walaupun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah
berseri-seri, walaupunn engkau hanya menemui saudaramu kemudian engkau memberi
salam kepadanya, walaupun engkau turut berduka dengan orang yang susah di bumi.
Dan jika seseorang mencela engkau akan sesuatu yang ia ketahui ada pada dirimu sedangkan engkau tahu sesuatu
serupa itu ada pada dia maka engkau tidak ikut mencelanya maka adalah sesuatu
balasan nilai amal bagi engkau dan dosanya menjadi tanggung jawab dia yang
mencela. Dan apa yang menggembirakan di telinga enkau untuk mendengarnya maka
berbuatlah seperti itu. Dan apa yang buruk di telingamu engkau mendengarnya
maka hendaklah engkau menjauhinya. (HR. Ahmad)
Ibnu
Katsir menulis dalam kitab tafsirnya :
Dan
Imam Ahmad berkata : Rawah menceritakan kepada kamidari Abu Amir Al-Khazzaz
dari Abu ‘Imran Al-Jauny dari Abdillah bin Ash-Shamit dari Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau
bersabda : “Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik itu barang sesuatupun.
Jika engkau tidak mendapati (sesuatu untuk berbuat baik) maka temuilah
saudaramu dengan wajah berseri-seri” (HR. Ahmad).
Muslim
juga meriwayatkan dalam kitabnya Ash-Shahih. Dan At-Tirmidzy (Dan dia
menshahihkannya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar