Selasa, 12 Agustus 2014

MEREMEHKAN KEBAIKAN, MENODAI KESUCIAN



Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kalian mengidati selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kalian, dan kalian selalu berpaling. (QS. 2/Al-Baqarah : 83)



Sebagaimana pada ayat Allah tersebut di atas bahwa sumpah janji kepada Allah adalah :
( 1 ) Sumpah janji bahwa hidupnya untuk mengibadati hanya pada Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun juga. Ini adalah ikrar mentaati ajaran yang adalah ayat-ayat suci Allah. Diri manusia pada asalnya adalah diri suci (fithrah) diciptakan oleh Allah yang Mahasuci. Maka perbuatan diri suci diciptakan TAAT pada ayat-ayat suci sebagai ajaran hidup dari Allah adalah SUCI.

( 2 ) Ritual yang adalah perbuatan ketaatan pada Allah yang wewenang menentukan syarat dan rukunnya ada pada Allah saja. Tak ada campur tangan makhluk menentukan syarat dan rukun tersebut.

( 3 ) Perbuatan baik. Ini bisa dipandang sebagai perbuatan perbuatan SOSIAL, KEMANUSIAAN maupun ILMIAH.

Perbuatan yang ketiga ini tanpa yang pertama dan kedua tersebut diatas menjadi rendah menodai diri suci diciptakan, ayat-ayat suci Allah diajarkan dan perbuatan-perbuatan suci ditaatkan.

Pada kenyataannya ada ketaatan pada ayat-ayat Allah yang ditempuh hamba-hamba-Nya, dinista dan distigma sebagai musuh bersama masyarakat internasional. Suatu kejahatan atas nama missi sosial, kemanusiaan dan ilmiah terhadap manusia yang mentaati Sang Penciptanya. Kemudian standar sosial, kemanusiaan dan ilmiah itu disandangi jubah agama rahmatan lil-'aalamiin, suatu kejahatann terhadap Sang Pencipta.

Kesucian Perbuatan Kemanusiaan Ada Pada Ketaatannya pada Allah 

Betapapun trilyunan dollar nilai anggaran dan sebetapapun massif, terstruktur dan sistematis didukung mayoritas pendudukk bumi, perbuatan sosial, kemanusiaan dan ilmiah pada kategori ketiga tanpa prinsip yang pertama untuk mengibadati Allah saja dan tanpa yang kedua yaitu peribadatan ritual yang wewenang menentukan syarat dan rukunnya hanya ada pada Allah itu, maka adalah nista.
Sedangkan sesepele apapun perbuatan hamba Allah jika itu dilakukan mentaati ayat-ayat Allah dalam kitab-Nya diatas jejak sunnah kenabian Rasul-Nya dan dalam rangka menegakkan peribadatan pada-Nya, maka ia pantang untuk diremehkan. Kesucian perbuatan sosial, kemanusiaan dan ilmiah ada pada ketaatannya pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa. Maka meremehkan kesucian perbuatan mentaati ayat-ayat Allah yang dianggap sepele maka ia meremahkan kesucian ayat-ayat Allah dan Mahasucinya Allah.

Ismail bin Ibrahim menceritakan kepada kami dari Sa’id Al-Jurairy dari Abi As-Salil dari Abi Tamimah Al-Hujaimy, Ismail sekali berkata dari Abu Tamimah Al-Hujaimy dari seorang laki-laki dari kaumnya mengatakan : Aku bertemu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka aku bertanya tentang kebaikan. Maka beliau menjawab : Janganlah engkau meremehkan (berbuat) kebaikan barang sesuatupun, walapun engkau hanya menyambungkan tali, walau engkau hanya mengikatkan tali sepatu, walau engkau hanya menarik timba dari sumur untuk orang yang membutuhkan minum, walaupun engkau hanya menghilangkan sesuatu yang mengganggu di jalan tempat lalu lalang orang, walaupun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri-seri, walaupunn engkau hanya menemui saudaramu kemudian engkau memberi salam kepadanya, walaupun engkau turut berduka dengan orang yang susah di bumi. Dan jika seseorang mencela engkau akan sesuatu yang ia ketahui ada  pada dirimu sedangkan engkau tahu sesuatu serupa itu ada pada dia maka engkau tidak ikut mencelanya maka adalah sesuatu balasan nilai amal bagi engkau dan dosanya menjadi tanggung jawab dia yang mencela. Dan apa yang menggembirakan di telinga enkau untuk mendengarnya maka berbuatlah seperti itu. Dan apa yang buruk di telingamu engkau mendengarnya maka hendaklah engkau menjauhinya. (HR. Ahmad)

Ibnu Katsir menulis dalam kitab tafsirnya :

Dan Imam Ahmad berkata : Rawah menceritakan kepada kamidari Abu Amir Al-Khazzaz dari Abu ‘Imran Al-Jauny dari Abdillah bin Ash-Shamit dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda : “Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik itu barang sesuatupun. Jika engkau tidak mendapati (sesuatu untuk berbuat baik) maka temuilah saudaramu dengan wajah berseri-seri” (HR. Ahmad).
Muslim juga meriwayatkan dalam kitabnya Ash-Shahih. Dan At-Tirmidzy (Dan dia menshahihkannya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar