Jumat, 29 Agustus 2014

KESOMBONGAN HAWA NAFSU YAHUDI



QS. 2/Al-Baqarah : 87-88

Kesombongan hawa nafsu Yahudi yang dimaksudkan adalah kesombongan terhadap ayat-ayat Allah. Dengan memandang ayat-ayat siapakah yang disombongi hawa nafsu Yahudi ini maka adalah merupakan radikalisme kejahatan kepada Allah. Jika akarnya adalah kejahatan berat kepada Allah maka perbuatan baik semanusiawi apapun, sesosial apapun, seilmiah apapun terhadap sesama manusia, pada hakikatnya adalah kejahatan.
Kejahatan inilah yang sebenarnya disadarkan mewaspadai dan menyikapinya pada manusia oleh ayat Allah yang berfirman :
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu`jizat) kepada `Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus. Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu kalian lalu kalian angkuh; maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang (yang lain) kalian bunuh? (QS. 2/Al-Baqarah : 87)

Al-bayyinaat pada ayat tersebut diatas adalah ayat-ayat Allah dalam kitab-Nya, Injil, dan ayat-ayat Allah berupa peristiwa luar biasa yang diberikan pada rasul-rasul-Nya sepenuhnya atas kehendak Allah untuk mematahkan argumentasi lawan yang memusuhi missi ajaran Allah.

Hukum Taurat Berlaku Sampai Datangnya Injil

Setelah Nabi Musa diberi Al-Kitab yaitu Taurat, kemudian berturut-turut Allah mengutus nabi-nabi berikutnya melaksanakan hokum Taurat sebagaimana difirmankan Allah :

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. 5/Al-Maa-idah : 44)

Allah mengutus rasul-rasul-Nya berturut-turut sampai saat Allah mengutud Nabi Isa ‘alaihis-salaam.

Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. 23/Al-Mu’minuun : 44)

Kemudian Allah mengutus Nabi Isa yang Allah memberikan kepadanya Injil. Misi Nabi Isa adalah membenarkan nab-nabi sebelumnya, Allah memberikan kepada Nabi Isa Al-Kitab, yaitu Injil. Ada sebagian yang dihalalkan Allah pada masa Nabi Musa sampai diutusnya Nabi Isa, kemudian ada sebagian yang dihalalkan Allah pada Taurat dihalalkan pada ajaran Injil.

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta`atlah kepadaku. (QS. 3/Aali ‘Imraan : 50)


Yahudi Menutup Diri dari Ayat-ayat Allah

Disebutkan oleh Allah dalam ayat-ayat suci-Nya bahwa Yahudi menutup diri dari ayat-ayat Allah, tak sekedar pemberitahuan maupun berita melainkan bahwa mesti disikapi oleh manusia semuanya bahwa karakter Yahudi menjadikan apa yang dicela bahkan dilaknatnya mereka oleh Allah dijadikan rencana dan operasi missinya untuk membuat semua manusia ikut menjadi sumberdaya  yang menjalankan operasi missi terlaknat itu dalam hal ini menutup diri dari ayat-ayat Allah untuk dibenarkan dengan ketaatan di atas jejak kenabian.
Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mela’nat mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (QS. 2/Al-Baqarah : 88)

Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. (QS. 4/An-Nisaa’ : 155)

Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)". (QS.41 /Fushshilat : 5 )


Ruhul Qudus dan Bernasyid di Masjid


Musa bin Dawud menceritakan kepada kami dari Ibnu Abiz-Zinaad dari bapaknya dari ‘Urwah dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam mempersilahkan Hassan di mimbar di masjid memberikan pujian (pembelaan dari ejekan) untuk beliau dengan syair. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah yang Mahaperkasa lagi Mahaagung memberi dukungan kekuatan dan pertolongan kepada Hassan dengan Ruhul Quds, Hassan memberi pujian (membela dari ejekan) pada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam (HR. Ahmad)

Muhammad bin Ishaq berkata : Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Husain Al-Makky dari Syahr bin Hausyab Al-Asy’ary : Bahwasanya satu rombongan dari Yahudi bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam seraya mereka mengatakan : “Khabarkanlah kepada kami tentang Ar-Ruh.
Rasulullah menjawab : “Aku minta kalian bersumpah pada Allah dan ayat-ayat-Nya di fihak Bani ISrail, apakah kalian mengetahui bahwasnya dia adalah Jibril? Dan dia pula yang mendatangi aku?”
Mereka menjawab : Ya (Tafsir Ibnu Katsir, Juz I, hal. 322)

Abdurrahman bin Umar Al-Bazzaz menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Araby dari Ali bin Abdul Aziz dari Abu Ubaid dari Hasyim dari Ismail bin Abu Khalid dari Zubaid Al-Yamy dari orang yang mengkhabarkan kepadanya dari Abdullah bin Masud dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : Sesungguhnya ruhul quds itu ada pada yang terlintas di jiwa dan kalbu. Sesungguhnya sesuatu jiwa tidak akan mati sampai sempurna rizkinya. Maka bertaqwalah kepada Allah dan baik-baik sajalah dalam permintaan (yang tidak memayahkan dan mengacaukan jiwa dan kalbu) (Kitab : Musnad Asy-Syihab Al-Qadha-iy, Juz IV, hal. 251, juga Al-Ghazaly, Ihya’ ‘Ulumuddiin, Juz II, hal. 426)
 
Sesungguhnya ruhul quds itu ada pada yang terlintas di jiwa dan kalbu. Sesungguhnya sesuatu jiwa tidak akan mati sampai sempurna rizkinya. Maka bertaqwalah kepada Allah dan baik-baik sajalah dalam permintaan (yang tidak memayahkan dan mengacaukan jiwa dan kalbu) Meriwayatkannya dalam kitab Musnad Al-Firdaus dari Jabir pada nomor bab huruf hamzah. Dan meriwayatkannya pada bab huruf nun darinya dengan lafazh : Ruhul quds itu ada pada yang terlintas di jiwa dan kalbu. Sesungguhnya sesuatu jiwa tidak akan keluar dari dunia sampai sempurna rizkinya.(Al-hadits). Dan Abu Nu’aim dan Ath-Thabrany meriwayatkan dari Abu Umamah dan Al-Bazzaz dari Hudzaifah. Ibnu Abid-Dunya juga meriwayatkan. Dan Al-Hakim menshahihkannya dari Ibnu Mas’ud demikian itu dalam kitab Fathul Bary. (Ismail bin Muhammad bin Abdul Hadi Al-Jarahy Al-‘Ijluny Ad-Dimasyqy, Kasyful Khufaa’, Juz I, hal. 231)


Qutaibah menceritakan kepada kami dari Al-Laits dari Ibnu ‘Ajlan dari ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasnya beliau melarang menasyidkan syair-syair di masjid dan jual beli di dalamnya. Dan bahwa manusia berhalaqah (berkumpul bermajlis) pada hari Jum’at sebelum shalat. (HR. At-Tirmidzy)

Selasa, 12 Agustus 2014

MEREMEHKAN KEBAIKAN, MENODAI KESUCIAN



Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kalian mengidati selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kalian, dan kalian selalu berpaling. (QS. 2/Al-Baqarah : 83)



Sebagaimana pada ayat Allah tersebut di atas bahwa sumpah janji kepada Allah adalah :
( 1 ) Sumpah janji bahwa hidupnya untuk mengibadati hanya pada Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun juga. Ini adalah ikrar mentaati ajaran yang adalah ayat-ayat suci Allah. Diri manusia pada asalnya adalah diri suci (fithrah) diciptakan oleh Allah yang Mahasuci. Maka perbuatan diri suci diciptakan TAAT pada ayat-ayat suci sebagai ajaran hidup dari Allah adalah SUCI.

( 2 ) Ritual yang adalah perbuatan ketaatan pada Allah yang wewenang menentukan syarat dan rukunnya ada pada Allah saja. Tak ada campur tangan makhluk menentukan syarat dan rukun tersebut.

( 3 ) Perbuatan baik. Ini bisa dipandang sebagai perbuatan perbuatan SOSIAL, KEMANUSIAAN maupun ILMIAH.

Perbuatan yang ketiga ini tanpa yang pertama dan kedua tersebut diatas menjadi rendah menodai diri suci diciptakan, ayat-ayat suci Allah diajarkan dan perbuatan-perbuatan suci ditaatkan.

Pada kenyataannya ada ketaatan pada ayat-ayat Allah yang ditempuh hamba-hamba-Nya, dinista dan distigma sebagai musuh bersama masyarakat internasional. Suatu kejahatan atas nama missi sosial, kemanusiaan dan ilmiah terhadap manusia yang mentaati Sang Penciptanya. Kemudian standar sosial, kemanusiaan dan ilmiah itu disandangi jubah agama rahmatan lil-'aalamiin, suatu kejahatann terhadap Sang Pencipta.

Kesucian Perbuatan Kemanusiaan Ada Pada Ketaatannya pada Allah 

Betapapun trilyunan dollar nilai anggaran dan sebetapapun massif, terstruktur dan sistematis didukung mayoritas pendudukk bumi, perbuatan sosial, kemanusiaan dan ilmiah pada kategori ketiga tanpa prinsip yang pertama untuk mengibadati Allah saja dan tanpa yang kedua yaitu peribadatan ritual yang wewenang menentukan syarat dan rukunnya hanya ada pada Allah itu, maka adalah nista.
Sedangkan sesepele apapun perbuatan hamba Allah jika itu dilakukan mentaati ayat-ayat Allah dalam kitab-Nya diatas jejak sunnah kenabian Rasul-Nya dan dalam rangka menegakkan peribadatan pada-Nya, maka ia pantang untuk diremehkan. Kesucian perbuatan sosial, kemanusiaan dan ilmiah ada pada ketaatannya pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa. Maka meremehkan kesucian perbuatan mentaati ayat-ayat Allah yang dianggap sepele maka ia meremahkan kesucian ayat-ayat Allah dan Mahasucinya Allah.

Ismail bin Ibrahim menceritakan kepada kami dari Sa’id Al-Jurairy dari Abi As-Salil dari Abi Tamimah Al-Hujaimy, Ismail sekali berkata dari Abu Tamimah Al-Hujaimy dari seorang laki-laki dari kaumnya mengatakan : Aku bertemu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka aku bertanya tentang kebaikan. Maka beliau menjawab : Janganlah engkau meremehkan (berbuat) kebaikan barang sesuatupun, walapun engkau hanya menyambungkan tali, walau engkau hanya mengikatkan tali sepatu, walau engkau hanya menarik timba dari sumur untuk orang yang membutuhkan minum, walaupun engkau hanya menghilangkan sesuatu yang mengganggu di jalan tempat lalu lalang orang, walaupun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri-seri, walaupunn engkau hanya menemui saudaramu kemudian engkau memberi salam kepadanya, walaupun engkau turut berduka dengan orang yang susah di bumi. Dan jika seseorang mencela engkau akan sesuatu yang ia ketahui ada  pada dirimu sedangkan engkau tahu sesuatu serupa itu ada pada dia maka engkau tidak ikut mencelanya maka adalah sesuatu balasan nilai amal bagi engkau dan dosanya menjadi tanggung jawab dia yang mencela. Dan apa yang menggembirakan di telinga enkau untuk mendengarnya maka berbuatlah seperti itu. Dan apa yang buruk di telingamu engkau mendengarnya maka hendaklah engkau menjauhinya. (HR. Ahmad)

Ibnu Katsir menulis dalam kitab tafsirnya :

Dan Imam Ahmad berkata : Rawah menceritakan kepada kamidari Abu Amir Al-Khazzaz dari Abu ‘Imran Al-Jauny dari Abdillah bin Ash-Shamit dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda : “Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik itu barang sesuatupun. Jika engkau tidak mendapati (sesuatu untuk berbuat baik) maka temuilah saudaramu dengan wajah berseri-seri” (HR. Ahmad).
Muslim juga meriwayatkan dalam kitabnya Ash-Shahih. Dan At-Tirmidzy (Dan dia menshahihkannya).

Perang dengan Pembunuhan dan Pengusiran untuk Melawan Allah dan RasulNya



Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kalian (yaitu): kalian tidak akan menumpahkan darah kalian (membunuh orang), dan kalian tidak akan mengusir diri kalian (saudara kalian sebangsa) dari kampung halaman kalian, kemudian kalian berikrar (akan memenuhinya) sedang kalian mempersaksikannya. (QS. 2/Al-Baqarah : 84)

 Sebelum Rasulullah memimpin Yatsrib yang kemudian dinamakan Madinah, disana terdapat suku Aus dan Khazraj mengibadati berhala. Diantara suku-suku senantiasa perang. Sedangkan kaum Yahudi di Madinah ada tiga kabilah yaitu : (1) Bani Qainuqa’ dan (2) Bani Nadhir sekutu yang terikat dalam perjanjian dengan suku Khazraj. Dan (3) Bani Quraizhah sekutu yang terikat dalam perjanjian dengan suku Aus.
Jika perang berkecamuk antara mereka maka setiap kelompok bersama sekutunya maka orang Yahudi membunuh musuhnya. Kadangkala orang Yahudi membunuh Yahudi lainnya yang dari sekutu yang lain itu.
Pembunuhan orang Yahudi terhadap orang Yahudi yangn lain itu diharamkan dalam ajaran hidup mereka dan oleh dalil-dalil dalam kitab mereka. Mereka mengeluarkan sesame orang Yahudi yang menjadi lawan sekutunya itu dari rumahnya dan dan merampas yang ada di dalam rumah itu berupa perabot rumahtangga, barang-barang perlengkapan dan harta.
Kemudian jika perang telah reda dan berhenti mereka menebus para tawanan dari fihak yang kalah sebagai pelaksanaan hokum Taurat.
Untuk itu Allah berfirman :  

Apakah kalian beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?



Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara kalian sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kalian dari kampung halamannya, kalian bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepada kalian sebagai tawanan, kalian tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagi kalian. Apakah kalian beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripada kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat. (QS.2/Al-Baqarah : 85)
 

Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (QS. 2/Al-Baqarah: 86)

Kemudian Rasulullah memimpin Madinah maka diikatlah warganya dalam persatuan sebagaimana beliau bersabda :

Orang-orang beriman itu seperti badan yang satu. Jika sesuatu angota badan ada keluhan (sakit) seluruh badan demam dan tidak bisa tidur. (Tafsir Ath-Thabary juz 22, hal. 299)

Diantara perjanjian yang diikatkan Rasulullah tertulis pada orang-orang beriman adalah ketentuan sebagai berikut :
 
Bahwasanya orang-orang mukminin yang muttaqin bertanggung jawab menghadapi orang yang membangkang dari kalangan mereka atau berencana tipu muslihat pemerdayaan jahat atau dosa atau permusuhan atau kerusakan di antara kalangan orang-orang mukminin. Dan bahwasanya tangan-tangan orang-orang mukmin menghadapi pelaku makar itu adalah satu kesatuan secara keseluruhan walaupun pelaku makar itu adalah anak dari salah seorang diantara mereka. (Baca Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz : 3; halaman 224-226)

Kemudian setelah tidak berdaya menghadapi kekuatan yang diikat oleh Rasulullah dalam perjanjian dalam Shahifah Nabawiyah itu, orang-orang Yahudi Zionis menghancurkan keterikatan kaum muslimin lepas dari ikatan dibawah kepemimpinan kenabian dan kepemimpinan diatas jejak kenabian menjadi berpecah belah dalam faham teologi yang berbeda-beda, demikian pula madzhab fiqh, aliran thariqat, ormas, orpol dan Negara kebangsaan yang berbeda-beda pula sebagaimana yang direncanakan Zionis Yahudi sebagai berikut :
Di seluruh Eropa, melalui hubungan-hubungan dengan Eropa , termasuk benua-benua lain, harus kita ciptakan pergolakan-pergolakan, perpecahan-perpecahan, dan permusuhan-permusuhan. Dengan cara ini kita dapatkan keuntungan ganda. Pertama, kita lakukan pengawasan ketat terhadap semua negara, karena mereka tahu pasti bahwa kita ini mempunyai kekuatan yang kapan saja dapat kita gunakan untuk menciptakan kekacauan atau pemulihan ketertiban. Semua negara terbiasa melihat bahwa di dalam diri kita terdapat sebuah kekuatan pemaksa yang amat diperlukan. Kedua, dengan kemampuan intrik-intrik kita, akan kita lilitkan semua benang yang telah kita bentang di dalam kabinet-kabinet semua Negara melalui jalur politik, melalui kesepakatan-kesepakatan, atau kewajiban untuk mengembalikan pinjaman-pinjaman.