Rabu, 20 November 2013

Sifat Alam Dunia dan Operasi Missi Syetan

QS. 2/Al Baqarah : 35-36

Sifat Al-Jannah Sebelum Alam Dunia


Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu berdua sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kamu berdua termasuk orang-orang yang zhalim. (QS. 2/Al-Baqarah : 35)





Sifat Al-Jannah sebelum alam dunia adalah alam dimana ada perintah Allah namunn juga ada larangan Allah. Sifat sedemikian ini adalah sifat alam kehidupan dunia.

Syetan Menggelincirkan Manusia, Membisakkan dan Mewahyukan padanya Faham

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (QS 2/Al-Baqarah : 36)




Pada ayat Allah ini jelas syetan disebut syetan karena sifat, fungsi dan kinerjanya menggelincirkan manusia dari mentaati ayat-ayat Allah di atas jejak kenabian.

Menggelincirkan manusia yang disebutkan dalam Al-Qur'an, Surah 2/Al-Baqarah tersebut, dalam
Surah 7/Al-A’raaf : 20 disebut membisikkan faham.

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya. (QS. 7/Al-A’raaf : 20)

Membisikkan kepada manusia faham sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, Surah 7/Al-A’raaf : 20,
dalam Surah 6/Al-An’aam : 121 disebutkan Allah sebagai mewahyukan faham.
 

Dan sesungguhnya syaitan itu mewahyukan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kalian; dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS. 6/Al-An’aam : 121)

Radikalisme Kesombongan

QS 2/Al-Baqarah : 34

Radikalaisme Kesombongan Iblis

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. 2/Al-Baqarah : 34)

Pada ayat Allah tersebut, Iblis itu iblis karena sifatnya enggan dan sombong.
Demikian pula Iblis itu iblis tak sekedar karena sifat enggan dan sombong, tetapi yang lebih pasti adalah terhadap apa dan siapa ia enggan dan sombong. Dan itu dia, Iblis enggan dan sombong terhadap perintah Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa.
Bila enggan dan sombong terhadap perintah Allah itu diwujudkan dengan keberagamaan, maka menjadilah itu radikalisme agama. Bila tidak beragama maka ia menjadi radikalisme ideology.

Sujud Makhluk pada Makhluk

Sujudnya malaikat pada Adam, bukanlah penyembahan makhluk oleh makhluk karena ia melaksanakan perintah Khalik, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa. Sebagaimana shalat seseorang menghadap kiblat yaitu Masjidil Haram, maka ia bukanlah penyembahan makhluk oleh makhluk jika itu dilakukan karena melaksanakan perintah Allah.
Jika perbuatan seperti itu dilakukan bukan karena perintah Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa maka ia menjadi penyembahan makhluk oleh makhluk sebagaimana benda salib dalam Kristianitas, sosok yang ditokohkan baik orangnya, figurnya, makamnya dalam agama-agama teologi.


Dari Waki’ dari Al-A’masy dari Abu zhabyan dari Mu’adz bin Jabal, bahwasanya dia (Mu’adz bin Jabal) kembali dari Yaman , ia berkata : Ya Rasulullah, aku melihat orang-orang di Yaman sebagian mereka bersujud pada sebagian yang lain, maka apakah tidak (seyogyanya) kami sujud pada engkau?
Rasulullah bersabda : Kalaulah aku (boleh) memerintahkan manusia sujud pada manusia, sungguh aku perintahkan wanita untuk sujud pada suaminya (HR. Ahmad)


Si Sombong Tak Masuk Surga

Dari Yazid dari Hajjaj dari Fudhail dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari Abdullah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak masuk surga orang yang di kalbunya ada sebesar biji sawi kesombongan. (HR. Ahmad)

Tentu saja tak akan masuk surga karena kesombongan itu merupakan kesombongan yang berfunadamentalismekan radikalisme kesombongan tersebut.

Adapaun Iblis yang dimaksud pada peristiwa kesombongan terhadap perintah Allah bersujud pada Adam tersebut di atas adalah yang dimaksud Allah dalam firman-Nya yang lain :


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kalian kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabb-nya. Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim. (QS.18 /Al-Kahfi : 50)

Basis Fundamental Kerusakan pada Manusia

QS. 2/Al-Baqarah : 30

FUNGSI KEJADIAN MANUSIA :

Untuk Menjalankan Fungsi Kepemimpinan :
 
Ingatlah ketika Rabb engkau berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui".(QS. 2/Al-Baqarah : 30)

Untuk Menguji Manusia :

Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kalian atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 6/Al-An’aam : 165)

Untuk Menegakkan Berlakunya Hukum Allah :

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. 38 /Shaad : 26)


Kepemimpinan manusia merupakan fungsi kejadian. Kepemimpinan manusia adalah amanat kejadian diciptakannya manusia, amanat dari Allah yang tanggung jawabnya mesti diemban oleh manusia. Menyempurnakan pelaksanaan amanat kepemimpinan dari Allah adalah menyempurnakan keterujian dan keridhaan dirinya pada Allah.
Para ahli menyebutkan wajibnya melaksanakan kepemimpinan untuk : (1) menyelesaikan persoalan perselisihan, (2) memutus pertentangan, (3) melindungi dan memberikan pertolongan kepada orang yang dizhalimi terhadap orang yang menzhalimi, (4) menegakkan hukum-hukum Allah serta (5) menjauhkan para pelaku kejahatan dan urusan-urusan penting kepemimpinan.
 

Urusan-urusan penting itu ialah yang tidak mungkin ditegakkan tanpa adanya pemimpin. Dan apa yang sesuatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengannya, maka ia adalah wajib.


MAKSUD PENCIPTAAN MANUSIA DAN JIN
 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51/Adz-Dzaariyat : 56)


KERUSAKAN AKIBAN TANPA KEPEMIMPINAN

Pertama : Penegakan Walayah Mu’minin tak terwujud


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling menjadi pelindung. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada sedikitpun bagi kalian walayah (perlindungan) mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kalian dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (QS. 8/Al-Anfaal : 72)

Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.
Di sana walayah (pertolongan) itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi balasan nilai amal kebaikan dan sebaik-baik Pemberi balasan nilai amal keburukan. (QS. 18 /Al-Kahfi : 44)

Kedua : Larangan Menjadikan Yahudi dan Nasrani Serta Orang yang Melecehkan Islam Sebagai Pemimpin Terlanggar


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? (QS. 4/An-Nisaa’ : 44)


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (QS. 3/Al-Maa-idah : 51)


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kalian betul-betul orang-orang yang beriman. (QS. 5/Al-Maaidah : 57)

Senin, 18 November 2013

Ikatan Janji dengan Rasulullah dalam Shahifah Nabawiyah



Al-Qur’an, Surah 2/ Al-Baqarah : 27

Fasiq Pelanggar Janji



Dan tidak ada yang dibiarkan sesat oleh Allah kecuali orang-orang yang fasik,
(QS. 2/Al-Baqarah : 26)



(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. 2/Al-Baqarah : 27)

Ulul-albab Memenuhi Janji
 


Firman Allah
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang Ulul-albab saja yang dapat mengambil pelajaran (QS. 13/Ar-Ra'd :19)


 (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabb-nya dan takut kepada hisab pertanggungjawaban amal) yang buruk. (QS. 13/Ar-Ra’d : 20-21)

Allah melarang orang beriman melanggar sumpah dan janji :   


Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji dan janganlah kalian merusak sumpah-sumpah (kalian) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat. (QS. 16/An-Nahl : 91)

Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam mengikat janji orang beriman dengan Shahifah Nabawiyah.

Dari Anas bin Malik, ia berkata :  Rasulullah shallallaahu 'alihi wa aaalihi wa sallam mengikat perjanjian saling mempersaudari antara Muhajirin dan Anshar di rumah Anas bin Malik (HR. Ahmad)


Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata : Tidak ada yang kami tulis dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kecuali Al-Qur’an dan apa yang ada pada shahifah (nabawiyah) ini. Nabi shallallaahu ‘alihi wa sallam bersabda : Negeri Madinah adalah haram apapun diantara yang mengkaburkan kepadanya. Maka barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang diada-adakan (tidak berdasar Al-Qur’an dan shahifah ini) atau melindungi orang yang mengada-adakan itu maka baginya adalah laknat Allah, malaikat dan manusia selurhnya. Tidak diterima darinya tebusan dan tidak pula yang untuk melepaskannya.
Dan (jaminan) perlindungan bagi kaum muslimin itu adalah satu yang bertindak mengambil langkah untuk itu yang lebih dekat padanya. Maka barangsiapa melanggar, membatalkan atau mengingkari janji dengan seorang muslim, maka baginya adalah laknat Allah, malaikat dan manusia selurhnya. Tidak diterima apapun yang untuk melepaskannya darinya dan tidak pula tebusan. Dan barangsiapa memperlakukan sesuatu kaum di bawah otoritasnya tanpa seizin pemilik kewenangan atas kaum itu maka baginya adalah laknat Allah, malaikat dan manusia selurhnya. Tidak diterima apapun yang untuk melepaskannya darinya dan tidak pula tebusan.
(HR. Bukhary)

Dalam Shahifah Nabawiyah terdapat ketentuan sebagai berikut :

Bahwasanya tidak halal bagi seorang mukmin yang terikat ikrar dengan apa yang ada dalam shahifah ini dan beriman kepada Allah dan Hari Akhir menolong orang yang mengada-ada terhadap kami dan tak ada yang melindungi orang itu. Dan barangsiapa menolong dan/atau melindunginya maka sesungguhnya baginyalah la'nat Allah dan juga kemurkaan-Nya pada Hari Kiamat dan tak ada baginya yang memalingkan dan yang menjadi tebusan pengganti dari pada la'nat itu.
(Baca Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz : 3; halaman 224-226)