Apakah
kalian
menghendaki untuk meminta kepada Rasul kalian seperti Bani Israil
meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman
dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang
lurus. (QS. 2/Al-Baqarah : 108)
Melalui
ayat ini, Allah Ta’aalaa melarang orang-orang mukmin banyak
bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai
hal-hal sebelum terjadi, sebagaimana Dia berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya akan
menyusahkanmu dan jika kalian menanyakan pada waktu al-Qur’an itu sedang
diturunkan, niscaya akan diterangkan kepada kalian. Allah memaafkan
(kalian)
tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. 5/Al-Maidah: 101)
Artinya,
jika kalian menanyakan perinciannya setelah ayat itu diturunkan, niscaya akan
dijelaskan kepada kalian. Dan janganlah kalian menanyakan suatu perkara yang
belum terjadi karena boleh jadi perkara itu akan diharamkan akibat adanya
pertanyaan tersebut. Oleh karena itu dalam sebuah hadits shahih
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Yahya
bin Yahya menceritakan kepada kami dari Ibrahim bin Sa’d dari Ibnu Syihab dari
‘Amir bin Sa’d dari bapaknya, ia berkata : Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang muslimin yang paling besar
kejahatannya di kalangan orang-orang muslimin adalah yang menanyakan sesuatu
yang tidak diharamkan, kemudian menjadi diharamkan lantaran pertanyaan tadi.” (HR.
Muslim)
Dan
Allah murka pada kalian akan : (1) banyak bicara dan membicarakan isu yang
didengarnya (katanya-katanya), menghambur-hamburkan harta, serta banyak
bertanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim dalam Tafsir
Al-Baghawy, Bab 103, Juz II, hal. 79)
Dalam
kitab Shahih Muslim diriwayatkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
Zuhair
bin Harb menceritakan kepada kami dari Yazid bin Harun dari Ar-Rabi’ bin Muslim
Al-Qurasyiy dari Muhammad bin Aiyad dari
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallaahu ’alihi wa sallam berbicara kepada
kami, kemudian bersabda : “Wahai
manusia, sunnguh Allah memfardhukan hajji papda kalian, maka berhajjilah kalian”.
Seseorang bertanya : “Apakah setiap tahun ya Rasulullah”. Kemudian
beliau diam sehingga orang itu menanyakannya tiga kali. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“Kalaulah aku mengatakan : Ya, sungguh niscaya wajib (berhaji tiap tahun)
dan sungguh niscaya kalian tidak mampu”. Kemudian beliau bersabda : “Biarkan
dari apa yang aku tinggalkan pada kalian, maka sesungguhnya binasa orang yang
adalah sebelum kalian karena banyak tanya mereka dan penyelisihan mereka pada
nabi-nabi mereka. Maka apabila aku memerinthakan pada kalian akan sesuatu
laksanakanlah ia apa yang kalian mampu,dan jika aku melarang kalian akan
sesuatu maka tinggalkan ia (jangan kalian lakukan perbuatan itu)” (HR.
Muslim)
Firman
Allah Ta’aalaa,
“Apakah kalian menghendaki untuk meminta kepada Rasul kalian
seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu?”
Maksudnya
adalah, bahkan kalian menghendaki untuk itu. Atau dapat juga dikatakan bahwa
hal itu termasuk bab istifham (pertanyaan) yang mempunyai
makna penolakan. Dan firman-Nya itu berlaku umum, baik orang-orang mukmin dan
juga orang-orang kafir, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam itu
diutus kepada umat manusia secara keseluruhan. Sebagaimana firman-Nya :
“Ahlul
kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari
langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar
dari itu. Mereka berkata: ‘Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata.’ Maka
mereka disambar petir karena kezhalimannya.”(QS. 4/An-Nisaa’ : 153)
Maksudnya,
Allah Ta’aalaa mencela orang yang bertanya kepada
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai sesuatu hal
dengan tujuan untuk mempersulit dan mengusulkan pendapat yang lain, sebagaimana
yang ditanyakan Bani Israil kepada Musa ‘alaihissalam dalam rangka
menyulitkan, mendustai, dan mengingkarinya.
Firman-Nya,
Artinya,
barangsiapa membeli kekufuran dengan menukarnya (dengan) keimanan,
“Maka ia benar-benar tersesat dari jalan yang
lurus.”
Artinya,
ia telah keluar dari jalan yang lurus menuju kebodohan dan kesesatan. Demikian
itulah keadaan orang-orang yang menolak untuk membenarkan dan mengikuti para
nabi dan berbalik menuju penentangan dan pendustaan serta mengusulkan pendapat
yang lain melalui pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya mereka tidak
memerlukannya dan hanya bertujuan untuk menyulitkan dan kufur.
Sebagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada
kekafiran (murtad) setelah kalian beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri
mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’af-kanlah dan
biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.(QS. 2/Al-Baqarah : 109)
Dan
dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan apa-apa yang kalian usahakan dari
kebaikan bagi diri kalian, tentu kalian akan mendapat balasan nilai amal
di fihak Allah. Sesungguhnya Allah Mahamelihat apa-apa yang kalian
kerjakan. (QS. 2/Al-Baqarah : 110)
Allah Tabaraka
wa Ta’aalaa mengingatkan hamba-hamba-Nya tentang permusuhan
orang-orang kafir terhadap mereka, baik secara batiniyah maupun lahiriyah.
Dan berbagai kedengkian mereka terhadap orang-orang mukmin.
Allah
Ta’aalaa memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berlapang
dada dan memberi maaf sampai tiba saatnya Allah Ta’aalaa mendatangkan
pertolongan dan kemenangan. Juga menyuruh mereka mengerjakan shalat dan
menunaikan zakat.
Sebagaimana
yang diriwayatkan Muhammad bin Ishak, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, Huyay
bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab merupakan orang Yahudi yang
paling dengki terhadap masyarakat Arab, karena Allah Ta’aalaa telah
karunia dengan (mengutus) Rasul-Nya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Selain itu, keduanya juga sebagai orang yang paling gigih
menghalangi manusia memeluk Islam. Berkaitan dengan kedua orang tersebut,
Allah Ta’aalaa menurunkan ayat,
“Sebagian
besar Ahlul Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada
kekafiran (murtad)setelah kalian beriman.”
Lebih lanjut Allah Ta’aalaa berfirman,
“Karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri setelah
nyata bagi mereka kebenaran.”
Dia
berfirman, yaitu setelah kebenaran terang benderang di hadapan mereka dan tidak
ada sedikit pun yang tidak mengetahuinya, tetapi kedengkian menyeret mereka
kepada pengingkaran. Maka Allah Ta’aalaa menyatakan
ketercelaan dan kehinaan mereka, serta menjamin bagi Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam dan juga orang-orang yang beriman yang telah
membenarkan, mengimani, dan mengakui apa yang diturunkan Allah Ta’aalaa kepada
mereka dan yang diturunkan kepada orang-orang sebelum mereka, kemuliaan, balasan
nilai amal yang besar, dan pertolongan-Nya.
Mengenai
firman-Nya,
“Setelah
nyata bagi mereka kebenaran,”
“Yaitu setelah dibuktikann dengan
nyata dan jelas bahwa Nabi Muhammad, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam tertulis dalam kitab Taurat dan Injil. Lalu mereka
mengingkarinya karena dengki dan iri, karena Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bukan dari kalangan mereka (Yahudi).”
Dan
firman Allah Ta’aalaa,
“Maka
maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.”
Ayat ini sama
seperti firman Allah berikut ini:
“Dan
juga kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang Ahli Kitab yang
mempersekutu-kan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.” (QS. 3/Aali Imraan:
186)
Mengenai
firman-Nya,
“Maka
maafkan-lah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya,”
Ali bin Abi Thalhah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, ayat tersebut telah dinasakh
dengan ayat-ayat berikut ini:
“Maka
bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kalian jumpai mereka.” (QS. 9/At-Taubah:
5)
Juga
(dengan) firman-Nya :
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir serta tidak mengharamkan apa yang
telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang
benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk.” (QS.
9/At-Taubah : 29)
Dengan
demikian pemberian maaf tersebut dinasakh (dihapuskan) bagi
orang-orang musyrik.
Hal
itu ditunjukkan pula oleh firman-Nya,
“Sehingga
Allah mendatangkan perintah-Nya.”
Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam melaksanakan untuk memberikan maaf seperti yang
diperintahkan Allah, sehingga Allah mengizinkan kaum muslimin memerangi mereka.
Lalu dengannya Allah membunuh para pemuka kaum Quraisy.
Firman
Allah :
“Dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat. Kebaikan apapun yang kalian lakukan untuk
dirimu, maka kalian akan menemukan balasan nilai amalnya di fihak Allah.” (QS. 2/Al-Baqarah : 110)
Allah Ta’aalaa memerintahkan
mereka untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka yang balasan nilai
amalnya adalah untuk mereka pada hari kiamat kelak, seperti misalnya mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, sehingga Allah Ta’aalaa memberikan
kepada mereka kemenangan dalam kehidupan dunia ini dan ketika hari kebangkitan
kelak,
“Yaitu hari yang tidak berguna bagi
orang-orang zhalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi mereka
pula tempat tinggal yang buruk.” (QS. 40/Al-Mu’min: 52)
Oleh
karena itu Allah Ta’aalaa berfirman,
“Sesungguhnya
Allah Mahamelihat apa-apa yang kalian kerjakan.”
Artinya
tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Dia akan membalas perbuatan
baik dengan kebaikan, kejahatan dengan kejahatan serupa. Firman-Nya ini,
meskipun berkedudukan sebagai berita, namun mengandung janji dan ancaman,
sekaligus perintah dan larangan. Di mana Dia memberitahukan kepada umat manusia
bahwa Dia Maha-mengetahui seluruh amal yang mereka kerjakan, dengan tujuan agar
mereka lebih bersungguh-sungguh untuk berbuat ketaatan, dan semuanya itu akan
menjadi deposit bagi mereka, sehingga Dia memberikan balasan kepada mereka.
Sebagaimana firman-Nya,
“Kebaikan
apapun yang kalian
lakukan untuk dirimu, maka kalian akan menemukan balasan nilai amalnya
di fihak Allah” (QS. 2/Al-Baqarah : 110)
Mereka
juga diperingatkan agar tidak berbuat maksiat kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar