Selasa, 16 Desember 2014

Cara Yahudi Membuat Beban Berat Berislam



Apakah kalian menghendaki untuk meminta kepada Rasul kalian seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (QS. 2/Al-Baqarah : 108)

Melalui ayat ini, Allah Ta’aalaa melarang orang-orang mukmin banyak bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal-hal sebelum terjadi, sebagaimana Dia berfirman :

 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya akan menyusahkanmu dan jika kalian menanyakan pada waktu al-Qur’an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepada kalian. Allah memaafkan (kalian) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. 5/Al-Maidah: 101)

Artinya, jika kalian menanyakan perinciannya setelah ayat itu diturunkan, niscaya akan dijelaskan kepada kalian. Dan janganlah kalian menanyakan suatu perkara yang belum terjadi karena boleh jadi perkara itu akan diharamkan akibat adanya pertanyaan tersebut. Oleh karena itu dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Yahya bin Yahya menceritakan kepada kami dari Ibrahim bin Sa’d dari Ibnu Syihab dari ‘Amir bin Sa’d dari bapaknya, ia berkata : Rasulullah bersabda :  “Sesungguhnya orang muslimin yang paling besar kejahatannya di kalangan orang-orang muslimin adalah yang menanyakan sesuatu yang tidak diharamkan, kemudian menjadi diharamkan lantaran pertanyaan tadi.” (HR. Muslim)

Abul-Hasan As-Sarkhasy menceritakan kepada kami dari Zahir bin Ahmad dari Abu Ishaq Al-Hasyimy dari Abu Mush’ab dari Malik dari Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallaahu ’alihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’aalaa ridha pada kalian akan tiga hal dan murka pada kalian akan tiga hal pula. Allah ridha  pada kalian (1) bahwa kalian mengibadati-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, (2) bahwa kalian berpegang teguh dengan tali Allah secara keseluruhan berjama’ah dan (3) bahwa kalian saling mengingatkan (dengan ansehat) pada orang yang Allah berikan kepemimpinan urusan kalian padanya.
Dan Allah murka pada kalian akan : (1) banyak bicara dan membicarakan isu yang didengarnya (katanya-katanya), menghambur-hamburkan harta, serta banyak bertanya.” 
(HR. Bukhari dan Muslim dalam Tafsir Al-Baghawy, Bab 103, Juz II, hal. 79)

Dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Zuhair bin Harb menceritakan kepada kami dari Yazid bin Harun dari Ar-Rabi’ bin Muslim Al-Qurasyiy dari Muhammad  bin Aiyad dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallaahu ’alihi wa sallam berbicara kepada kami, kemudian bersabda  : “Wahai manusia, sunnguh Allah memfardhukan hajji papda kalian, maka berhajjilah kalian”. Seseorang bertanya : “Apakah setiap tahun ya Rasulullah”. Kemudian beliau diam sehingga orang itu menanyakannya tiga kali. Kemudian  Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Kalaulah aku mengatakan : Ya, sungguh niscaya wajib (berhaji tiap tahun) dan sungguh niscaya kalian tidak mampu”. Kemudian beliau bersabda : “Biarkan dari apa yang aku tinggalkan pada kalian, maka sesungguhnya binasa orang yang adalah sebelum kalian karena banyak tanya mereka dan penyelisihan mereka pada nabi-nabi mereka. Maka apabila aku memerinthakan pada kalian akan sesuatu laksanakanlah ia apa yang kalian mampu,dan jika aku melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkan ia (jangan kalian lakukan perbuatan itu)”  (HR. Muslim)

Firman Allah Ta’aalaa,


“Apakah kalian menghendaki untuk meminta kepada Rasul kalian seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu?”
Maksudnya adalah, bahkan kalian menghendaki untuk itu. Atau dapat juga dikatakan bahwa hal itu termasuk bab istifham (pertanyaan) yang mempunyai makna penolakan. Dan firman-Nya itu berlaku umum, baik orang-orang mukmin dan juga orang-orang kafir, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam itu diutus kepada umat manusia secara keseluruhan. Sebagaimana firman-Nya :

“Ahlul kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: ‘Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata.’ Maka mereka disambar petir karena kezhalimannya.”(QS. 4/An-Nisaa’ : 153)

Maksudnya, Allah Ta’aalaa mencela orang yang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai sesuatu hal dengan tujuan untuk mempersulit dan mengusulkan pendapat yang lain, sebagaimana yang ditanyakan Bani Israil kepada Musa ‘alaihissalam dalam rangka menyulitkan, mendustai, dan mengingkarinya.

Firman-Nya,

“Dan barangsiapa menukar keimanan dengan kekufuran.” 

Artinya, barangsiapa membeli kekufuran dengan menukarnya (dengan) keimanan,

“Maka ia benar-benar tersesat dari jalan yang lurus.”
Artinya, ia telah keluar dari jalan yang lurus menuju kebodohan dan kesesatan. Demikian itulah keadaan orang-orang yang menolak untuk membenarkan dan mengikuti para nabi dan berbalik menuju penentangan dan pendustaan serta mengusulkan pendapat yang lain melalui pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya mereka tidak memerlukannya dan hanya bertujuan untuk menyulitkan dan kufur.
 
Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran (murtad) setelah kalian beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’af-kanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.(QS. 2/Al-Baqarah : 109)

Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan apa-apa yang kalian usahakan dari kebaikan bagi diri kalian, tentu kalian akan mendapat balasan nilai amal di fihak Allah. Sesungguhnya Allah Mahamelihat apa-apa yang kalian kerjakan. (QS. 2/Al-Baqarah : 110)

Allah Tabaraka wa Ta’aalaa mengingatkan hamba-hamba-Nya tentang permusuhan orang-orang kafir terhadap mereka, baik secara batiniyah maupun lahiriyah. Dan berbagai kedengkian mereka terhadap orang-orang mukmin.

Allah Ta’aalaa memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berlapang dada dan memberi maaf sampai tiba saatnya Allah Ta’aalaa mendatangkan pertolongan dan kemenangan. Juga menyuruh mereka mengerjakan shalat dan menunaikan zakat.

Sebagaimana yang diriwayatkan Muhammad bin Ishak, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, Huyay bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab merupakan orang Yahudi yang paling dengki terhadap masyarakat Arab, karena Allah Ta’aalaa telah karunia dengan (mengutus) Rasul-Nya, Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, keduanya juga sebagai orang yang paling gigih menghalangi manusia memeluk Islam. Berkaitan dengan kedua orang tersebut, Allah Ta’aalaa menurunkan ayat,

“Sebagian besar Ahlul Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kalian kepada kekafiran (murtad)setelah kalian beriman.”

 Lebih lanjut Allah Ta’aalaa berfirman,


“Karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran.”

Dia berfirman, yaitu setelah kebenaran terang benderang di hadapan mereka dan tidak ada sedikit pun yang tidak mengetahuinya, tetapi kedengkian menyeret mereka kepada pengingkaran. Maka Allah Ta’aalaa menyatakan ketercelaan dan kehinaan mereka, serta menjamin bagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan juga orang-orang yang beriman yang telah membenarkan, mengimani, dan mengakui apa yang diturunkan Allah Ta’aalaa kepada mereka dan yang diturunkan kepada orang-orang sebelum mereka, kemuliaan, balasan nilai amal yang besar, dan pertolongan-Nya.

Mengenai firman-Nya,

“Setelah nyata bagi mereka kebenaran,” 

“Yaitu setelah dibuktikann dengan nyata dan jelas bahwa Nabi Muhammad, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tertulis dalam kitab Taurat dan Injil. Lalu mereka mengingkarinya karena dengki dan iri, karena Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bukan dari kalangan mereka (Yahudi).”

Dan firman Allah Ta’aalaa,

“Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.” 

Ayat ini sama seperti firman Allah berikut ini:

“Dan juga kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang Ahli Kitab yang mempersekutu-kan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.” (QS. 3/Aali Imraan: 186)

Mengenai firman-Nya,

“Maka maafkan-lah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya,” 

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, ayat tersebut telah dinasakh dengan ayat-ayat berikut ini:

“Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kalian jumpai mereka.” (QS. 9/At-Taubah: 5)

Juga (dengan) firman-Nya :


“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir serta tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. 9/At-Taubah : 29)

Dengan demikian pemberian maaf tersebut dinasakh (dihapuskan) bagi orang-orang musyrik.

Hal itu ditunjukkan pula oleh firman-Nya,
 
“Sehingga Allah mendatangkan perintah-Nya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan untuk memberikan maaf seperti yang diperintahkan Allah, sehingga Allah mengizinkan kaum muslimin memerangi mereka. Lalu dengannya Allah membunuh para pemuka kaum Quraisy.

Firman Allah :

 “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kebaikan apapun yang kalian lakukan untuk dirimu, maka kalian akan menemukan balasan nilai amalnya di fihak  Allah.” (QS. 2/Al-Baqarah : 110)

Allah Ta’aalaa memerintahkan mereka untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka yang balasan nilai amalnya adalah untuk mereka pada hari kiamat kelak, seperti misalnya mendirikan shalat dan menunaikan zakat, sehingga Allah Ta’aalaa memberikan kepada mereka kemenangan dalam kehidupan dunia ini dan ketika hari kebangkitan kelak,

“Yaitu hari yang tidak berguna bagi orang-orang zhalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi mereka pula tempat tinggal yang buruk.” (QS. 40/Al-Mu’min: 52)

Oleh karena itu Allah Ta’aalaa berfirman,


“Sesungguhnya Allah Mahamelihat apa-apa yang kalian kerjakan.”

Artinya tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Dia akan membalas perbuatan baik dengan kebaikan, kejahatan dengan kejahatan serupa. Firman-Nya ini, meskipun berkedudukan sebagai berita, namun mengandung janji dan ancaman, sekaligus perintah dan larangan. Di mana Dia memberitahukan kepada umat manusia bahwa Dia Maha-mengetahui seluruh amal yang mereka kerjakan, dengan tujuan agar mereka lebih bersungguh-sungguh untuk berbuat ketaatan, dan semuanya itu akan menjadi deposit bagi mereka, sehingga Dia memberikan balasan kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya,

“Kebaikan apapun yang kalian lakukan untuk dirimu, maka kalian akan menemukan balasan nilai amalnya di fihak Allah” (QS. 2/Al-Baqarah : 110)

Mereka juga diperingatkan agar tidak berbuat maksiat kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar