Senin, 16 Juni 2014

Ummy dan Kesucian Al-Kitab



Sifat Ummy dari Kalangan Bani Israil

 Dan di antara mereka ada yang ummy, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali angan-angan (dongengan bohong) belaka dan mereka hanya menduga-duga. (QS. 2/Al-Baqarah : 78)

Di kalangan orang-orang Yahudi ada orang-orang yang ummy dalam arti : (1) tidak dengan pengetahuannya tentang Al-Kitab dari Allah, (2) mengikuti angan-angan dan (3) mengikuti persangkaan; padahal kitab-kitab Allah diturunkan kepada para nabi yang tidak sedikit dari kalangan Yahudi.

Itu adalah kenyataan bahwa pemuka-pemuka Yahudi :
Pertama : Menyuruh orang untuk berbuat kebaikan tetapi perintah itu dianggap tidak berlaku pada diri mereka sendiri.

Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kalian melupakan diri (kewajiban) kalian sendiri, padahal kalian mentilawahkan Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir? (QS. 2/Al-Baqarah : 44)

Kedua : Mentilawahkan ayat-ayat Allah tetapi juga mencampuradukkan kebenaran dan kebathilan dan menyembunyikan kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya dan mencampuradukkan.

Hai Ahli Kitab, mengapa kalian mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kalian mengetahui? (QS. 3/Aali ‘Imraan : 71)


ٍSifat Ummy Rasulullah

Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :

Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu Kitabpun dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (engkau pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu). (QS.  29/Al-‘Ankabuut : 48)

Jika Rasulullah pernah membaca dan menulis kitab maka tak ada jaminan Al-Qur’an itu suci dari campur tangan manusia, campur tangan hawa nafsu manusia. Karena itu sifat ummy Rasulullah adalah dikehendaki Allah menjadi jaminan bagi kesucian Al-Qur’an dari campur tangan itu. Dan juga campur tangan hawa nafsu Bani Israil, Yahudi.
Jika Al-Qur’an tidak ada jaminan suci dari campur tangan hawa nafsu manusia maka memang selayaknya Al-Qur’an dibathilkan, diingkari, tidak diimani.

Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (QS. 5/Al-Maa-idah : 70)

Jika campur tangan hawa nafsu manusia itu berupa jalan fikiran dan jalan perasaan rahib-rahib Yahudi, pendeta-pendeta dan ulama-ulamanya yang tidak diberi kenabian oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, campur tangan hawa nafsu itu berupa jalan fikiran dan jalan perasaan mereka merubah kalam Allah dalam Taurat kemudian dalam Injil dan memelesetkannya, maka jika itu adalah para pemimpin spiritual dan ulamanya orang-oraong Muslim, maka apakah itu bukan penodaan terhadap kitab Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Al-Qur’an.

Maka itulah kemudian Allah berfirman akan terkutuknya Bani Israil lantaran apa yang mereka perbuat yang hakikatnya adalah campur tangan hawa nafsunya :

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit (duniawi) dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (QS. 2/Al-Baqarah : 79)

Sifat Ummy Ummat Muhammad

Adam menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Al-Aswad bin Qays dari As’id bin ‘Amr, bahwasanya ia mendengar Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya kita adalah umat yang ummy, kita tidak menulis dan kita tidak menghitung (menggunakan hisab kalender). Bulan (kalender) itu begini dan begini, yaitu seklai 29 (hari) dan suatu kali yang lain 30 (hari). (HR. Al-Bukhary).

Dalam hal ibadah dan waktu-waktunya tidak terikat dengan kitab dan perhitungan (hisab). Difirmankan Allah dalam keadaan belum ditilawahkan ayat-ayat Allah dan belum diajarkan kitab (Allah) dan Al-Hikah (sunnah kenabian Rasul Allah). Dalam kesesatan yang nyata.

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummy seorang Rasul di antara mereka, yang mentilawahkan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah an-Nabawiyah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. 62/Al-Jumu’ah : 2)

Jaminan Kesucian Al-Qur’an

Ummy dalam pengertian sifat Rasulullah dan ummy dalam pengertian ummat beliau cukup menjadi jaminan bahwa Al-Qur’an itu disampaikan Rasulullah kepada ummatnya adalah suci :
Pertama : suci dari kedustaan. Beliau bersifat shidiq.
Kedua : suci dari pengkhianatan. Beliau bersifat amanah.
Ketiga : suci dari penyembunyian kebenaran. Beliau bersifat tabligh.
Keempat : suci dari kebodohan (kejahilan). Beliau bersifat fathanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar