Senin, 14 April 2014

Akar Kehinaan Menganggap Tak Ada Janji dengan Allah



( 1 ) Perjanjian Agung Manusia dengan Penciptanya

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman): "Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kalian bertakwa". (QS. 2/Al-Baqarah : 63)

Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepada kalian, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa". (QS. 7/Al-A’raaf : 171)


( 2 ) Anggapan Manusia Tak Ada Janji dengan Penciptanya

Kemudian kalian berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atas kalian, niscaya kalian tergolong orang-orang yang rugi. (QS. 2/Al-Baqarah : 64)

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik. (QS. 7/Al-A’raaf : 163)

( 3 ) Akar Kehinaan Manusia Berkelakuan Kera, Babi, Keledai, Anjing

Dan sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang yang melanggar di antara kalian pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kalian kera yang hina". (QS. 2/Al-Baqarah : 65)

Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 2/Al-Baqarah : 66)

Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepada kalian tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di fihak Allah, yaitu orang-orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) mengibadati thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. 5/Al-Maa-idah : 60)

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada (bertanggung jawab) memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim. (QS. 62/Al-Jumu’ah : 5)

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. 7/Al-A’raaf : 176)

Bagan Akar Kehinaan Menganggap Tak Ada Janji dengan Allah


Selasa, 08 April 2014

Klasifikasi Pengikut Rasul dan Ahli Neraka



Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shaabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima balasan nilai amal dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran pada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2/Al-Baqarah : 62)


Dari Bapakku dari Ibnu Abu Umar Al-‘Adany dari Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid, ia berkata : Salman berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang penganut ajaran agama yang aku (seharusnya) ada bersama mereka.
Maka beliau menyebut (orang yang dimaksud itu) dari shalat mereka dan peribadatan mereka. Maka turunlah ayat :

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shaabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian (QS. 2/Al-Baqarah 62) (HR. Ibnu Abi Hatim)

Dari Abu Zur’ah dari ‘Amr bin Hammad dari Asbath dari As-Suddiy :
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shaabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian (QS. 2/Al-Baqarah 62), As-Suddiy berkata : Ayat ini turun dalam hal sahabat-sahabat Salman Al-Farisy. Sementara Salman AL-Farisy bercerita kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika ia menyebut sahabat-sahabatnya maka dia memberitakan kepada beliau khabar mereka. Salman berkata : “Adalah mereka berpuasa, shalat, beriman pada engkau dan mereka bersyahadat bahwasanya engkau akan diutus sebagai nabi” Maka tatkala Salman selesai puji-pujiannya akan mereka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya : “Wahai Salman, mereka itu ahli neraka”. Maka (sabda Nabi) itu keras bagi Salman. Maka Allah menurukan ayat ini.
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shaabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian (QS. 2/Al-Baqarah 62)
Maka iman orang Yahudi itu bahwasanya ia adalah orang yang berpegang teguh pada Taurat dan sunnah Musa (‘alaihis-salam) sehingga datang ‘Isa (‘alaihis-salam). Maka tatkala ‘Isa (‘alaihis-salam) telah datang, adalah orang itu dari Yahudi yang berpegang teguh pada Injil dan syaria-syari’at ‘Isa (‘alaihis-salam) dialah mukmin yang diterima dari padanya (iman dan amalnya) sehingga Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang. Maka barangsiapa dari mereka itu tidak mengikuti Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan apa yang ada padanya dari sunnah ‘Isa (‘alaihis-salam) dan Injil, adalah dia binasa. (HR. Ibnu Abi Hatim)

Ibnu Abi Hatim berkata : Ini tidak menafikan apa yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas :

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shaabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian (QS. 2/Al-Baqarah 62), ia berkata : Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala setelah itu menurunkan :

Barangsiapa mencari ajaran hidup selain ajaran Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (ajaran itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. 3/Aali ‘Imraan : 85)

Apa yang disabdakan Rasulullah terbukti pada bulan Dzulhijjah 23 H / 643 M Umar bin Khaththab wafat setelah pada saat shalat ditusuk belati beracun oleh Abu Lu’luah, seorang mantan budak berkebangsaan Persia hasil konspirasi musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Persia.

Nama Yahudi

Ibnu ‘Adil dalam kitabnya Tafsiirul-Lubaab, juz I, halaman 350 menjelaskan :

Haaduu dari kata haada (bertaubat) – yahuudu (bertaubat) – huudunI (taubat) – haa-idun (orang yang bertaubat).

Haa-idun artinya taa-ibun (orang yang bertaubat), dari kata itulah disebut YAHUDI karena mereka  bertaubat dari mengibadati  al-‘ijl (patung anak sapi dari emas). Dan mereka mengatakan : “ Innaa hudnaa ilaiKa" artinya “Sesungguhnya kami bertaubat (kembali) kepada Engkau” (QS. 7/Al-A’raaf : 156)

Dan dikatakan : Mereka dinamakan Yahudi sebagai yang dinisbahkan kepada Yahudza dengan huruf dzal yang tidak jelas pelafazhannya dan Yahudza adalah putra Ya’qub ‘alaihis-salam. Kemudian orang Arab merubahnya menjadi huruf dal yang  al-muhmalah (yang lebih ringan, lebih jelas, lebih mudah dan tanpa titik).


Nama Nashara

Ibnu Katsir menulis dalam kitab Tafsirnya :

Ketika Isa ‘alaihis-salam diutus sebagai nabi, Bani Israil wajib mengikuti dan berpanutan pada beliau, maka sahabat-sahabat beliau, orang-orang yang berajaran hidup dengan ajaran beliau adalah Nashara. Dinamakan demikian karena saling tolong menolong pada apa yang ada  diantara mereka. Dan sungguh dikatakan bagi mereka Anshar (para penolong) juga karena sebagaimana kata Isa ‘alaihis-salam : “Siapakah anshr-anshar (penolong-penolong)-ku kepada Allah ?. Orang-orang Hawariy berkata : “Kami Anshar (penolong-penolong) Allah” (QS. 61/Ash-Shaff : 14)

Dan dikatakan bahwasanya mereka dinamakan demikian (Nashara) karena memang mereka tinggal di tanah negeri yang disebutnya Nashirat (Nazaret)

Umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebut Mukminin karena banyaknya iman mereka dan kuatnya kekyakinan mereka dan karena mereka beriman pada seluruh nabi-nabi yang telah lalu dan (beriman pada) sekalian yang ghaib yang akan datang.

Adapun Ash-Shabi-in terjadi perbedaan pendapat pada para ahli. Diantaranya Mujahid berkata : Ash-Shabi-in itu kaum antara Majusi, Yahudi dan Nashara. Mereka tidak punya agama.
Abu Al-‘Aliyah, Ar-Rabi’ bin Anas, As-Suda, Jabir bin Zaid, Adh-Dhohak dan Ishaq bin Rahawaih : Ash-Shabi-iy itu satu golongan dari Ahli Kitab. Mereka membaca Zabur. Dan karena itu Abu Hanifah dan Ishaq berkata : Tidak mengapa memakan sembelihan mereka dan menikahi wanita dari mereka.