Rabu, 05 Maret 2014

Agama Pelesetan Terhadap Kalam Allah



Dan Kami naungi kalian dengan awan, dan Kami turunkan kepada kalian "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian. Dan tidaklah mereka menzhalimi Kami, akan tetapi merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri. (QS. 2/Al-Baqarah : 57)

Diriwayatkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang al-manna.

Abu ‘Ubaidah bin Abu As-Safar, Ahmad bin Abdillah Al-Hamdany dan Mahmud bin Ghailan meriwayatkan kepada kami, keduanya berkata bahwa Sa’id bin ‘Amir menceritakan dari Muhammad bin Abu ‘Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah , ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Makanan manisan kurma dari surga. Didalamnya ada (kandungan) penyembuh dari (terkena) racun. Dan kam’ah (makanan yang lezat sebangsa cendawan yang tumbuh di tanah berwarna seperti debui) dari semacam madu dan airnya ada penyembuh mata (HR. At-Tirmidzy)
Abu ‘Isa berkata : Hadits ini hasan, gharib. Redaksi bagian akhir isi hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Al-Bukhary, Muslim, Ahmad dan Abu Dawud.

Pelesetan Kalam Allah

Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kalian ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak mana yang kalian kehendaki, dan masukilah pintu gerbangnya dengan bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahan kalian. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. 2/Al-Baqarah : 58)

Lalu orang-orang yang zhalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zhalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik. (QS. 2/Al-Baqarah : 59)

Pelesetan kalam Allah dilakukan oleh Bani Israil menjadi akar radikal pemecehbelahan ajaran hidup.

Muhammad menceritakan kepadaku dari Abdurrahman bin Mahdy dari Ibnu Al-Mubarak dari Ma’mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : Dikatakan kepada Bani Israil : masukilah pintu gerbangnya dengan bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", maka mereka masuk merasa kepayahan atas kelalaian mereka  maka mereka mengganti dan mengatakan hiththatun (bebaskanlah kami dari dosa) itu habbatun fii sya’ratin (suatu bijian ada di gandum). (HR. Al-Bukhary)

Yahya bin Adam menceritakan kepada kami dari Ibnu Mubarak dari Ma’mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada firman Allah ‘Azza wa Jalla : Udkhuluu al-baaba sujjadan (masukilah pintu gerbangnya dengan bersujud ), beliau bersabda : Mereka masuk dengan susah payah. Firman Allah : Wa quuluu hiththatun  (bebaskanlah kami dari dosa), beliau bersabda : Mereka mengganti (firman itu) sehingga mereka mengatakan hinthatun fii sya’ratin (suatu biji gantum ada di gandum) (HR. Ahmad)

Kata-kata yang dipelesetkan untuk menyikapi ajaran Allah subhaanahu wa Ta’aalaa melalui Rasul-Nya antara lain juga pada kata raa’inaa.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian katakan (kepada Muhammad): "Raa`ina", tetapi katakanlah : "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih. (QS. 2/Al-Baqarah : 104)

Dari pelesetan kalam Allah itu cukup menjadi akar radikal pemecahbelahan ajaran hidup sebagaimana difirmankan Allah.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui( QS. 30/Ar-Ruum : 30)

Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. 30/Ar-Ruum : 31-32)

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS. 6/Al-An’aam : 159)


Kitabullah Diperselisihkan

Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al Qur'an.(QS. 11/Huud : 110)
Baca juga (QS. 41/Fushshilat : 45)

Ikhtilaf Umat Adalah Rahmat, Ikhtilaf Terhadap Al-Kitab adalah La’nat

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui  (QS. 30/Ar-Ruum : 22)

Itulah yang dimaksud pernyataan yang disandarkan dari Rasulullah :
Keragaman umatku adalah rahmat
Keragaman shahabat-shahabatku adalah rahmat

Pernyataan yang disandarkan dari Rasulullah ini jika difahami sebagai perbedaan pendapat maka adalah dila’nat sebagaimana Bani Israil pada .(QS. 11/Huud : 110) dan juga (QS. 41/Fushshila : 45)
Tentu saja pernyataan yang disandarkan dari Rasulullah itu menjadi tidak kacau jika itu difahami sebagai ungkapan Rasulullah akan rahmat Allah dalam keragaman umatnya sebagaimana dinyatakan Allah pada (QS. 30/Ar-Ruum : 22)

Imam As-Subky mengemukakan bahwa Ikhtilaafu ummaty rahmatun (perbedaan umatku adalah rahmat ) tidak dikenal di kalangan ahli hadits. Saya tidak tahu akan adanya sanad yang shahih, tidak pula dha’if, tidak pula maudhu’. Dan saya tidak bisa menyangka itu ada asalnya kecuali bahwa pembicaraan manusia disebutkan ada seseorang yang mengatakan : Ikhtilaafu ummaty rahmatun (perselisihan yang diterjemahkan sebagai perbedaan pendapat umatku adalah rahmat). Kemudian sebagian manusia lainnya mengambilnya (sebagai dalil) dan menyangkanya bahwa itu hadits, menjadikannya termasuk kalam kenabian.
Dan saya senantiasa meyakini bahwa hadits (jika dikatakan sebagai hadits) ini tidak ada asal-muasalnya dan mendalilkan kebathilannya  terhadap ayat-ayat (Allah dalam Kitab-Nya) dan hadits-hadits shahih. Sedangkan ayat-ayat (Allah dalam Kitab-Nya) dan hadits-hadits shahih melogikakan bahwa adanya rahmat itu meniadakan al-ikhtilaf (perselisihan yang walaupun diterjemahkan sebagai perbedaan pendapat). Dan ayat-ayat (Kitab Allah) lebih banyak dari pada sekedar hanya cukup.

Dan diantara hadits-hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah :

Harmalah bin Yahya At-Tujiby menceritakan kepadaku dari Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin ABdur-Rahmandan Sa’id bin Al-Musayyab, keduanya berkata : Adalah Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu menceritakan bahwa dia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apa yang aku melarang kalian darinya maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan kepada kalian laksanakanlah semampu kalian. Karena sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelum kalian adalah karena banyak Tanya mereka dan memperselisihkannya mereka atas nabi-nabi mereka. (HR. Muslim)

Hannad bin As-Sary dan Abu ‘Ashim bin Jawas hg-Hanafy dari Abu Al-Ahwash dari Manshur daru Thalhah Al-Yamy dari Abdurrahman bin Ausajah dari Al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata : Adalah Rasulullah shallallaahu’alaih wa sallam merapatkan shaf dari tepi ke tepi dan melurusratakan dada-dada kami, bahu-bahu kamidan beliau bersabda : Janganlah kalian selisih maka menjadi berselisih pula qalbu kalian. (HR. Abu Dawud)
Baca pula : Tafsir Al-Alusy, Juz III, hal. 154)

Sebagian manusia mengemukakan bahwa ikhtilaaf (pereselisihan yang diterjemahkan sebagai perbedaan pendapat)  itu rahmat didasarkan pada hadits maudhu’ : Ikhtilaafu ummaty rahmatun (pereselisihan - yang diterjemahkan sebagai perbedaan pendapat-  umatku adalah rahmat). Ini adalah perkataan yang tak dapat diterima oleh Al-Kitab, sunnah (kenabian) maupun akal. Telah tersebut beberapa ayat (Al-Qur’an) dan hadits-hadits dalam hal tercelanya ikhtilaf (perselisihan) dan tafrruq (perpecahan). Dan itu telah cukup bagi orang yang nalar dan merenungkan.
Bahkan sungguh Al-Qur’an telah mendalilkan  bahwa ikhtilaf (perselisihan)tak ada titik mufakatnya dengan rahmat bahkan keduanya saling merupakan lawan kata.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa :

Jikalau Rabb-mu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu. (QS. 11/Huud : 118-119)
Baca dalam Kitab Ushul al-Iimaan fii Dhau-il Kitaab, Bab III, Tercelanya Perpecahan, Juz I, hal. 393)

Dalam kitab Takhriij Ahaadiits al-Ihyaa’, Juz I, hal. 74, disebutkan :

Hadits Ikhtiaafu ummaty rahmatun (pereselisihan - yang diterjemahkan sebagai perbedaan pendapat-  umatku adalah rahmat) disebutkan oleh Al-Bayhaqy dalam kitabnya Ar-Risalah Al-Asy’ariyah dalam keadaan menggantung. Dan Al-Bayhaqy meriwayatkan dalam kitabnya “Al-Madkhal”, dalam sambung-menyambung periwayatnya dari hadits Ibnu ‘Abbas dengan lafazh “Ikhtilaafu Hshhaaby lakum rahmatun” (pereselisihan - yang diterjemahkan sebagai perbedaan pendapat-  sahabatku bagi kalian adalah rahmat). Dan sambung-menyambung periwayat hadits itu adalah lemah.

Ciri-ciri Ajaran Agama Pelesetan Kalam Allah
                            
Ciri-cirinya antara lain :
Pertama  : Meleset dari ayat-ayat Allah dalam Al-Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan ketaatan padanya..
Kedua     : Membatalkan setiap kepentingan memasuki surga Allah di akhirat
Ketiga     : Tak bermakna dan  kosong nilai sebagai permainan dan senda gurau di dunia.
Keempat : Mengekalkan kesenangan dunia dan saling membanggakan keunggulan duniawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar