Senin, 20 Januari 2014

Syafa'at



Yahudi Menjadikan Keunggulan Duniawinya Sebagai Ukuran

Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah memberikan keunggulan pada kalian atas sekalian alam (QS. 2/Al-Baqarah : 47)


Iman Menjadi Ukuran Di Fihak Allah




Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. 3/Aali ‘Imraan : 110)


Keselamatan Di Akhirat Menjadi Ukuran Di Fihak Allah




Dan jagalah dirimu dari (`adzab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (QS. 2/Al-Baqarah : 48)


Pembelaan Malaikat




(Malaikat-malaikat) yang memikul `Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, (QS. 40/Ghaafir / Al-Mu’min : 7)
 
ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga `Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, (QS. 40/Ghaafir / Al-Mu’min : 8)


dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar". (QS. 40/Ghaafir / Al-Mu’min : 9)

Syafa’at Baik dan Syafa’at Buruk

Barangsiapa yang memberikan syafa`at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (balasan nilai amal) daripadanya. Dan barangsiapa yang memberi syafa`at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) daripadanya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 4/An-Nisaa’ : 85)

Syafa’at baik yang dimaksudkan itu ada yang memebri penjelasan sebagai setiap syafa’at yang ditujukan untuk melindungi hak atau memenuhi hajat seorang muslim atau menghindarkannya dari pemudharatan atau mencegah dan menuntut bela dijadikannya saudara seiman menjadi termakan fitnah, sasaran permusuhan terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya. 

Balasan Nilai Amal dari Allah

Pertama : Setiap orang bisa saja memenuhi hajat keperluan dirinya dengan keahlian atau profesionalisme berkarya. Tetapi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan tidak hanya bertumpu pada kerja…, kerja… dan kerja dengan keahlian atau profesionalisme, tetapi pemenuhan hajat orang-orang beriman juga mesti berbasis balasan nilai amal dari Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa dengan memberikan pembelaan atau pemenuhan hajat saudaranya seiman.
Kedua : Demikian pula dengan pembelaan orang-orang beriman untuk sesama orang-orang beriman pastinya memperkuat hubungan saling mempersaudarai satu sama lain.


Musa bin Ismail meriwayatkan kepada kami dari Abdul Wahid dari Abu Burdah bin Abdillah bin Abi Burdah dari Abu Burdah bin Abu Musa dari Bapaknya radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata : Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila ada orang yang memnita atau dimintakan kepada beliau sesuatu keperluan, beliau bersabda : “Berilah syafa’at (bentuan memenuhi keperluan) niscaya kalian diberi balasan nilai amal dan Allah menentukan apa yang Dia menghendaki atas lisan Nabi-Nya shallallaahu ‘laihi wa sallam. (HR. Al-Bukhary)

Pengharapan syafa’at Rasulullah di alam akhirat yang selama ini sedemikian tergalakkan di banyak kalangan kaum muslimin, cenderung bersifat kepentingan pribadi tanpa tanggung jawab pembelaan orang-orang beriman untuk sesama orang-orang beriman, memperkuat hubungan saling mempersaudarai satu sama lain utamanya menghadapi dijadikannya hamba-hamba Allah sebagai sasaran fitnah, pembunuhan karakter, penistaan iman dan pelecehan harkat ketaatan pada Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa dimana orang-orang beriman yang mendapatkan pembelaan dari para malaikat kini menjadi pelengkap penderita di seluruh muka bumi.
  
Pembelaan Orang-orang Beriman


Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Allahumma ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Allahumma ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. 59/Al-Hasyr : 10)

Pembelaan orang-orang beriman telah diikatkan pada setiap hamba Allah yang taat oleh Rasulullah shallaahu ‘alaihi wa sallam dalam Shahifah Nabawiyah yang diantaranya adalah :


Bahwasanya orang-orang mukminin yang muttaqin bertanggung jawab menghadapi orang yang membangkang dari kalangan mereka atau berencana tipu muslihat pemerdayaan jahat atau dosa atau permusuhan atau kerusakan di antara kalangan orang-orang mukminin. Dan bahwasanya tangan-tangan orang-orang mukmin menghadapi pelaku makar itu adalah satu kesatuan secara keseluruhan walaupun pelaku makar itu adalah anak dari salah seorang diantara mereka.


Bahwasanya orang-orang mukminin, sebagian mereka pelindung, penolong, pemimpin dan pembela sebagian yang lain sebagai suatu kesatuan tersendiri dari manusia lainnya.


Bahwasanya barangsiapa menginginkan kebaikan bagi seorang mukmin berkenaan dengan akan adanya suatu pembunuhan dengan jelas, maka mesti menuntut bela sampai wali orang yang terbunuh ridha. Dan bahwasanya orang-orang mukmin dalam hal kewajiban ini adalah suatu kesatuan menyeluruh dan tidak halal bagi mereka kecuali menegakkannya.

Bahwasanya tidak halal bagi seorang mukmin yang terikat ikrar dengan apa yang ada dalam shahifah ini dan beriman kepada Allah dan Hari Akhir menolong orang yang mengada-ada terhadap kami dan tak ada yang melindungi orang itu. Dan barangsiapa menolong dan/atau melindunginya maka sesungguhnya baginyalah la'nat Allah dan juga kemurkaan-Nya pada Hari Kiamat dan tak ada baginya yang memalingkan dan yang menjadi tebusan pengganti dari pada la'nat itu.
 
(Muhammad Ibnu Ishaq mengatakan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam mentraktatkan tertulis perjanjian itu sebaggaimana ditulis oleh Ibnu Katsir dalam  Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz : 3; halaman 224-226)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar